Langsung ke konten utama

When You Say Nothing At All [PART 2]


How do you know whether he absolutely and positively loves you?*
Terucap.

Cinta adalah suatu misteri. Banyak isyarat-isyarat yang tersirat. Tiap hati tidak sama. Tiap jiwa juga tidak sama. Konon, hanya hati yang saling mencinta yang tahu apakah sang kekasih mencintainya. Lantas, apakah bila ia meragu pada kekasihnya adalah tanda bahwa hatinya dan hati pemuda itu tidak saling mencinta? Entah.

Dia masih limabelas, masih meraba.

Apa menurutmu pertanyaan akan kepastian cinta pemuda itu padanya adalah suatu hal yang konyol yang keluar dari mulutnya? Baginya itu penting—dan serius. Ia bukan gadis yang telah dibutakan oleh cinta sehingga memiliki keyakinan seratus persen atau cinta itu sendiri. Salahkah apabila ia meragu pada hatinya dan juga hati milik Joong? Ia hanyalah manusia, tak seperti Tuhan yang sempurna**. Hatinya masih rapuh, belum sekuat baja apabila akan ada sesuatu nanti yang mampu meremukkannya. Ia tidak mau membiarkan dirinya berada di titik puncak tertinggi, hingga nantinya akan ada saatnya ia terjatuh dan terhempas ke dasar jurang terdalam—hingga mengalami sakit yang amat terperi, atau bahkan ia bisa mati.

Hatinya.

Palingan wajahnya lurus, matanya menerawang pada awan-awan yang mulai pergi menghilang. Ia sejujurnya sedih melihat dirinya yang ragu seperti ini. Tapi ia tak berdaya, ia terlalu lemah. Dia memang jarang sekali keluar dari peraduan musang yang hangat, tidak sering berkeliaran dikastil maupun diluar, masuk kelas pun teramat jarang (mana sisi pekerja keras yang biasanya dimiliki seorang hufflepuff?)—tapi dia tidak tuli dan tidak tertutup oleh dunia luar meski agak tertinggal. Segelintir kabar dari selentingan ocehan, obrolan, bisikan, atau bahkan laporan tentang gerak-gerik prefek gryffindor tahun kelima itu diterima olehnya. Gadis itu menoleh sejenak untuk kemudian menyimak sebuah teatrikal yang dimainkan si pemuda sementara pikirannya kembali berkelana. Ah, rasanya bahkan terlalu banyak yang ia dengar dan ketahui. Semuanya—kebanyakan—bukan sesuatu hal yang ingin ia dengar, karena hampir semuanya bernilai negatif.

Jangan berharap gadis itu akan bereaksi keras dalam bentuk tindakan-tindakan yang akan menjadi sebuah tontonan—dia lebih senang memendam semua rasa dihatinya. Mengubur semua rasa dalam-dalam—tak membiarkan orang lain dengan mudah menjamahnya. Ia tak mau terlihat lemah dimata orang lain, meski sebenarnya ia sangat rapuh. Jujur, acapkali hatinya menjerit, menolak, dan menangis—tapi ia tetap tidak bisa mengeluarkan segala unek-unek dihatinya. Mungkin Cassie benar, bahwa sebab badannya bertumbuh lambat dan kecil seperti ini adalah karena terlampau banyak yang dipendam dihatinya. Tipikal gadis itu—segala bentuk luka hati tak pernah ia bagi pada siapapun.

Putri tunggal keluarga Haley itu masih terus memperhatikan gerak-gerik si pemuda Asia dengan koin satu penny-nya. Tak bereaksi selain diam dan menyunggingkan senyum hambar ketika tangan pemuda itu mengelus pipinya dan mengeluarkan logam itu dari balik telinganya sementara benaknya tenggelam. Hanya menyuarakan kata 'Thanks.' ketika menerima koin yang kini menjadi hadiah ketiganya sambil berusaha tersenyum ceria—kalau kau lihat matanya, kau akan tahu bahwa gadis itu sedang tersenyum palsu. Sejujurnya ia senang dengan hadiah itu, tapi ia merasa tak pantas terus menerus mendapatkan hadiah karena dirinya yang.. seperti ini.

“Apa kau… ingin berhenti dicintai?”

Haley menangkupkan tangannya, mendekap erat hadiah dalam genggaman jemarinya. Pemuda itu punya banyak pilihan. Banyak tersedia opsi-opsi lain untuk pemuda itu pilih menjadi kekasih. Bukankah benar adanya bahwa banyak bunga-bunga di Hogwarts yang menunggu kehadiran lebah rupawan yang sekarang masih bertengger pada mahkotanya itu? Ia tak berhak untuk terus memaksa sang lebah tinggal, bila ternyata wangi ataupun bentuk bunga lain yang jauh lebih menggoda membuat lebahnya berpaling meninggalkannya. Lebah itu bebas untuk memilih—karena seperti yang ia bilang tadi, lebah itu punya pilihan. Tidak seperti bunga yang tidak punya pilihan selain menunggu datangnya lebah atau mati layu karena tak ada lebah yang membantu penyerbukannya.

I’m grateful for each day you gave me
Maybe I don’t know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you

Gadis itu mencondongkan tubuh ke arah pemuda-nya, menyusupkan kepala ke bawah lengan si pemuda. Membiarkan pipinya menempel didada sang pemuda. "I'll not stop to loving you, Joong." Biarlah itu terucap kemudian, agar pemuda itu mengerti. Ia tak mau egois, tak mau memaksakan kehendak.

Please dont walk away and Please tell me you'll stay..
Hanya terucap di dalam hati.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

`a curiosity`

Dahaganya seakan tak pernah terpuaskan. Kendati pun ia sudah minum terlalu banyak, tetap saja ia merasa selalu dan selalu saja didera dehidrasi tingkat tinggi. Haus kepalang tanggung— x X x Semua berawal dari pertemuan mereka yang tidak (di)sengaja, di malam keenam di awal tahun kelinci. She look, she hear, she think— she know . Lalu datanglah itu; ` a curiosity `. Lantas dicarilah itu informasi mengenai siapa dia, dia siapa . Dan sekilat anak kecil menghabiskan kembang gulalinya, secepat itu pula dosis keingintahuannya meningkat. Dari yang sekedar hanya ingin tahu, menjadi ingin lebih tahu, lalu ingin semakin lebih tahu lagi . ..lagi, lagi, lagi, dan lagi . Terus saja ia mencari dan menggali informasi tiada henti, karena semakin ia tahu tentang sosoknya, semakin bertambah pula rasa kagumnya. Membuatnya seakan sedang dimabuk candu, seperti layaknya orang yang sedang sakau. Kinda.. silly . Dan ia bersumpah — atas nama Nurdin Halid yang terkutuk...

The Art of War

  Iseng daripada no new entry, lebih baik publikasiin salah satu tulisan roleplay saya di forum IndoHogwarts as Deryck Rudolf Bradley. (source: here ) Enjoy! ---------------------------------------------------------- Cahaya mentari senja menerabas lewat celah-celah dedaunan maple yang kini jumlahnya terbilang menggenaskan (pohon yang menjadi tumpuannya sudah nyaris botak, well ..), menguatkan fragmen slytherin muda yang berada sekian senti dari koordinat dimana pohon maple tersebut tumbuh. Seorang anak lelaki, selusin-belum-sampai usianya, dengan rambut gelap serta mata burgundy---genetik khas para Bradley (sejauh ini, belum ada seorang lain diluar penyandang nama Bradley yang memiliki warna mata senada); raut mukanya angkuh, terpahat kearogansian tak terbantah. Ia kurus, jangkung, punya tatapan malas yang terasa menikam---setajam sorot milik kaum ber-ordo Accipitriformes . Putra kedua La Cosa Nostra kenamaan Italy ; Marcus Bradley, piatu sedari usianya baru mencapai pa...

When You Say Nothing At All [PART 3]

And I hope you are the one I share my life with And I wish that you could be the one I die with And I'm praying you're the one I build my home with I hope I love you all my life Lagi . Tak mampu menyuarakan kata hati seperti biasa. Antara hati, otak, dan mulutnya rupanya tak mampu berkoordinasi dengan baik, sehingga menghasilkan beberapa kata dan frasa yang benar-benar mampu mewakilkan segala ungkap hati. Bibir merah itu jarang membuka dan menyuarakan kata-kata kasih dan perwakilan hati—lebih cenderung terbuka untuk hal-hal diluar daripada itu. Hanya sekedar mengucap tiga kata universal untuk meyakini hati tempatnya melabuh saja terasa begitu.. sulit . Dia berbeda tipe dengan para entitas yang mampu mengumandangkan kata-kata sayang dalam ritme yang berulang di rentan waktu yang sempit. Dan, ucapan yang keluar dari mulutnya tadi adalah benar adanya—setidaknya untuk kala ini, hanya saja sengaja di- ambigukan . Dia tak mau berhenti dicintai oleh pemuda Korea tersebut, namun .. apa...